Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Daerah Muhammadiyah (LDK PDM) Kota Blitar, drh Sri Widodo menyampaikan sebuah tausiyah bahwa sombong karena kepandaiannya terhadap orang lain, pasti ada yang lebih pandai. Hal ini dikisahkkan dalam QS. Al Kahfi (18) 60-82 : merupakan kisah Nabi Musa yang merasa tidak ada yang melebihi kepandaian setelah ditanya oleh salah satu umatnya. Kemudian Allah menyuruh malaikat Jibril untuk mengingatkan Nabi Musa dan bertanya kepada Nabi Musa di mana letak ilmu Allah. Nabi Musa sadar atas kesalahannya dan oleh Allah disuruh mencari guru yang bernama Nabi Khidir. Dalam Alquran secara singkat dijelaskan bahwa Nabi Musa berjalan sudah jauh dan tidak akan berhenti sebelum sampai ke pertemuan dua laut dan ikan yang di bawahnya akan turun ke laut itu merupakan tanda pertemuan dengan Nabi Khidir.
Pada waktu di pertemuan air laut dan ikannya melompat mengambil jalannya ke laut, pembantunya lupa memberitahu. Pada waktu Nabi Musa minta makanan pembantunya baru ingat dan kemudian kembali ke tempat tadi dan ketemu dengan Nabi Khidir. Nabi Musa bertanya bolehlah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk. Nabi Khidir mengatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sabar bersamanya dan memberikan syarat bahwa Nabi Musa dalam perjalanannya tidak boleh menanyakan kepadanya tentang sesuatu apapun, sampai Nabi Khidir menerangkannya dan Nabi Musa Setuju.
Dalam perjalanannya naik perahu Nabi Khidir melubangi perahu tersebut, nabi Musa berkata bahwa mengapa Nabi Khidir melubangi perahu itu apakah untuk menenggelamkannya, sungguh engkau telah membuat kesalahan yang besar. Nabi Khidir menjawab bahwa Nabi Musa tidak mampu bersamanya. Kemudian berjalan hingga keduanya menemukan seorang anak muda dan dibunuh oleh Nabi Khidir, Nabi Musa menanyakan mengapa Nabi Khidir membunuh anak jiwa yang bersih bukan karena membunuh orang lain bahkan menunduh nabi Khidir telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.
Nabi Khidir hanya berkata bahwa Nabi Musa tidak mampu sabar bersamanya. Nabi Musa berkata bahwa kalau ia bertanya lagi jangan perbolehkan ia mengikuti Nabi Khidir. Kemudian berjalan hingga keduanya sampai kepada penduduk di suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya tetapi mereka tidak mau menjamunya kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh di negeri itu lalu iya anak kakaknya dan Musa mengatakan bahwa jika engkau mau niscaya Nabi Khidir dapat meminta hamba imbalan untuk itu. Nabi Khidir berkata bahwa ini perpisahan antara Nabi Khidir dan Nabi Musa kemudian Nabi Khidir memberikan penjelasan atas perbuatan Nabi Musa yang tidak mampu bersabar.
Perahu perahu itu milik orang miskin yang bekerja di laut, di rusak karena raja akan merampasnya kecuali perahu yang rusak atau cacat. Karena cacat maka perahu tersebut tidak akan diambil oleh raja dan si miskin bisa mencari nafkah di laut. Adapun anak muda kafir itu kedua orang tuanya mukmin dan Nabi Khidir khawatir kalau dia akan memaksa ketua orang tuanya pada kesehatan dan kekafiran. Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua dan ayahnya seorang yang sholeh maka tuhanmu berkehendakan agar keduanya sampai dewasa dan kau jangan melakukan simpanannya itu dari Rahmat tuhanmu. Selanjutnya Nabi Khidir menyatakan bahwa apa yang diperbuat bukan menurut kemauannya itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang Nabi Musa tidak sabar terhadapnya.
Tausiyah ini disampaikan drh. Sri Widodo pada hari kamis tanggal 27 Dzulhijah 1445 H bertepatan tanggal 04 Juli 2024 M, di masjid Al Istiqomah Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas 1 Blitar, ba'da sholat dhuhur yang diikuti anak didik lapas (Adikpas) dan karyawan. Mengajak kepada Adikpas untuk mengambil hikmahnya dari kisah nabi Musa tersebut.
Hikmah yang bisa diambil diantara :
- Tidak boleh sombong
- Mencari ilmu harus tawadhuk terhadap guru tidak mudah menyalahkannya tanpa dasar yang kuat.
- Bahwa Ilmu nabi Khidir lebih tinggi daripada nabi Musa
0 Komentar